DEMOKRASI ANARKI
Berteriak lantang berkedok aspirasi
Mengumbar janji dan program suci
Lihat! semua orang bernafsu meraih kursi
Di tengah euforia terbukanya pintu reformasi
Gawat Tuan! Nurani bangsa telah dicuri
Mereka saling tuding dan saling menggurui
Yang tidak setuju boleh gunakan emosi
Kerahkan massa, lalu letupkan provokasi
Inikah yang kau sebut demokrasi?
Ah bukan, ini sih namanya democrazy!
Pantas saja tiap demonstrasi berhujung anarki
Karena kita sedang terlelap di alam mobokrasi
—
Merdeka Barat, 12/02/09 – 18:00 WIB
Catatan: Turut Berduka atas jatuhnya korban dalam Demokrasi Anarki
di Gedung DPRD Sumut
Kak, judulnya menurutku ga usah ditambahin “sebuah puisi jiwa” gitu. Cukup “Demokrasi Anarki” aja. Klo pake itu, ke”garang”annya jadi kayak kereduksi… Judul dan substansi puisi itu sudah sangat mencerminkan “pemberontakan jiwa” I think…
But great poem anyway. Puisi yang semoga lahir dari “calon stateman yang bermental LSM…”
sampai kapan proses transisi demokrasi ini berujung pada kesejahteraan masyarakat?
tak ada lagi penindasan, tak ada lagi pembodohan dan tak ada lagi kekerasan!
atau mungkin demokrasi hanya sebuah sistem untuk melatih suatu negara (pemerintah dan masyarakat) menjadi lebih dewasa…. tak lebih dari itu
KETIKA…..
politikus sibuk mencari kursi…
ulama sibuk berpoligami….
masyarakat sibuk dengan perutnya yang tak terisi…..
pemerintah sibuk dengan melunasi hutangnya yang semakin meninggi….
Nelayan sibuk dengan jaringnya yang dicuri…
menteri sibuk dengan instruksi yang membingungkan diri…
legislatif sibuk memikirkan keadilan atau kepastian hukum yang semakin tak pasti…
dan mahasiswa sibuk dengan politik cinta yang menggerogoti diri…
entah kapan, aku, kalian dan mereka akan memegang dan memeluk erat saudaranya sendiri?
Negeri Kurcaci
“Memang aku berbeda dengan kalian, rambutku keriting, hidungku tak sebagus hidung kalian, lihatlah… diriku yang kecil, yang ukurannya jauh berbeda dengan ukuran kalian.
Tapi, Apakah dengan itu kalian punya alasan untuk mengucilkanku, apakah dengan itu kalian punya hak untuk menghinaku, apakah dengan alasan itu kalian punya hak untuk menginjak-injak harga diriku.
Memang aku sedikit berbeda dengan kalian, tapi kita diciptakan oleh tuhan yang sama, kita hidup dalam dunia yang sama, aku juga bernafas, aku juga makan seperti kalian.
Karena kalian adalah aku, aku adalah kalian, aku adalah kalian, kalian adalah aku. Karena tak ada perbedaan antara kita…..”
Dengan ditemani sebatang rokok ditanganku
Malang, 13 Agustus 2008
he he…
maaf, nama saya indra kriwul
Salut buat kaum muda reformis seperti Pan
is the best for puitis…
Demokrasi pergerakan mahasiswa islam Indonesia