News: Hadapi Kendala Nilai, PPI Dunia Upayakan Standar Konversi

Sumber: Detik News – Selasa, 6 Mei 2014

SK Dewan Presidium PPI se-Dunia untuk Tim Adhoc Konversi Nilai (2 Mei 2014)_Page_1Den Haag – Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei membentuk Tim Ad-Hoc Advokasi Konversi Nilai untuk mengakhiri kendala yang selama ini dihadapi para lulusan luar negeri. 

“Pembentukan tim ini berawal dari banyaknya lulusan Indonesia dari universitas luar negeri yang terkendala persyaratan administratif nilai studi saat akan melamar pekerjaan, khususnya pada kementerian dan institusi pemerintah,” ujar Ketua Divisi Informasi dan Komunikasi PPI Belanda Hariadi ‘Jejey’ Aji kepada detikcom, Selasa (6 Mei 2014). 

Padahal, lanjut Jejey, standar sistem dan angka penilaian yang dikeluarkan di berbagai negara tidak sama dengan sistem dan angka penilaian di dalam negeri. 

Akibatnya, nilai yang seharusnya masuk kategori baik berdasarkan standar negara asal, kemudian berubah menjadi turun karena dipaksakan mengikuti sistem penilaian yang tidak memiliki standar konversi di Indonesia. 
Continue reading

Wawancara oleh Human Capital: Brain Drain SDM TI yang Tersia-siakan

BRAIN DRAIN SDM TI YANG TERSIA-SIAKAN

Human Capital Magazine: Edisi 58 Januari 2009


“Fenomena brain drain SDM TI terjadi di negara-negara berkembang, tak terkecuali di Indonesia. Bagaimana mengatasinya?”


human-capitalSydney, Australia, 9 September 2007. Pan Mohamad Faiz, alumni Delhi Vishwavidyalaya yang berprofesi sebagai peneliti konstitusional di Mahkamah Konstitusi Indonesia menyampaikan makalahnya berjudul Brain Drain dan Sumber Daya Manusia Indonesia: Studi Analisa terhadap Reversed Brain Drain di India yang disampaikan pada Konferensi International Pelajar Indonesia (KIPI).

Pada makalah tersebut, Faiz mengidentifikasi fenomena brain drain yang umumnya terjadi di negara-negara berkembang. Faiz menguraikan problematika dan tantangan Indonesia dalam pengembangan SDM terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disebabkan oleh brain drain. Dan, pada akhir makalahnya, penulis menyuguhkan pola pengembangan SDM guna mencegah dan mengatasi efek negatif dari brain drain dengan melakukan studi analisa terhadap keberhasilan India dalam mewujudkan reversed brain drain khususnya di sektor TI.

Continue reading

Implementasi 20% Anggaran Pendidikan

MENGAWAL DAN MENGAWASI 20% ANGGARAN PENDIDIKAN
.

Menyambut Hari Kemerdekaan ke-63 yang lalu, rakyat Indonesia baru saja menerima kado istimewa di bidang pendidikan. Pidato kenegaraan Presiden di depan anggota Parlemen mengisyaratkan bahwa akan terjadi kenaikan anggaran APBN 2009 secara besar-besaran untuk sektor pendidikan hingga menjadi 20% sebagaimana yang telah diamanatkan oleh konstitusi.

Kendati demikian, rancangan tersebut ternyata disambut ‘panas-dingin’ oleh banyak pihak. Di satu sisi, pemenuhan 20% anggaran pendidikan diprediksi akan meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan bangsa kita. Namun di sisi lain, tingginya kekhawatiran akan realisasi dan penggunaan anggaran tersebut justru melanda sebagian besar kalangan pemerhati pendidikan. Pasalnya, anggaran pendidikan sebesar Rp. 224 triliun yang nantinya akan dikelola oleh beberapa lembaga pemerintah, seperti Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama, bisa jadi berubah menjadi ladang emas penyelewengan anggaran dan praktik korupsi. Kekhawatiran ini berangkat salah satunya dari hasil evaluasi BPK terhadap kinerja penyelenggaran anggaran di tahun 2007 yang memberikan stempel “disclaimer” (buruk) terhadap kedua Departemen tersebut.

Continue reading

Berita Profile di KabarIndonesia.com

PROFILE: KESUKSESAN MENIMBA ILMU DARI
SALAH SEORANG EDITOR HOKI

.

Profile ini dimuat pada Harian Online Kabar Indonesia (HOKI) dan artikel selengkapnya dapat juga dilihat pada halaman berikut ini (click)

Di tengah-tengah maraknya gelombang studi para pelajar Indonesia ke negara-negara barat (western countries), dua tahun yang lalu seorang putra bangsa bernama Pan Mohamad Faiz justru membuat banyak orang heran ketika dirinya memutuskan untuk memburu ilmu ke negeri Gandhi, negeri the Incredible India!

Alasan keputusannya itu sebenarnya cukup sederhana, “Antara India dan Indonesia memiliki banyak kesamaan dalam hal kelebihan maupun kekurangannya di berbagai bidang, mulai dari permasalahan sosial, politik, dan ekonomi; struktur kemasyarakatan; hingga sifat pluralitasnya yang sangat tinggi. Namun demikian, India justru kini mampu menjadi macan Asia yang sangat diperhitungkan oleh negara-negara superpower. Oleh karenanya, tepat kiranya apabila kita menganalisa dan mempelajari strategi mereka yang sebagian besar di antaranya juga dapat diaplikasikan di dalam negeri”, ujarnya dengan penuh keyakinan.

Continue reading